Senin, 12 Januari 2015

JAMMAS (Jahe Membangun Masjid)

Dari berbagai sumber
Jahe gajah termasuk jenis jahe yang paling banyak diminati kalangan industri. Tak hanya pasar dalam negeri, permintaan pasar ekspor juga tinggi. Bahkan, akibat cuaca tak menentu, para produsen harus impor lantaran pasokan jahe menurun.

Sejak dulu, jahe (Zingiber officinale) termasuk produk rempah yang paling banyak dicari untuk aneka kebutuhan. Tak hanya untuk industri makanan dan minuman, jahe juga banyak dicari untuk industri pengolahan obat. Karena memang dibutuhkan banyak industri, budidaya tanaman ini selalu menjanjikan.

Di Indonesia, keluarga jahe dibagi dalam tiga kelompok besar: jahe merah, jahe gajah, dan jahe emprit atau jahe kuning dengan ukuran kecil. Dari ketiganya, jahe gajah merupakan jenis yang paling banyak dicari. Seperti namanya, jahe ini memiliki ukuran lebih besar ketimbang jahe lain. Jika ruas jahe biasanya hanya berberat maksimum 200 gram, berat ruas jahe gajah bisa mencapai 500 gram.

Permintaan jahe gajah tak cuma untuk kebutuhan industri dalam negeri. Jahe gajah juga banyak diekspor ke negara lain. Misalnya, India, Singapura, Jepang, Hongkong, Amerika Serikat, Jerman, Prancis, dan Belanda. Di sejumlah negara Eropa, industri minuman seperti bir, produsen kue, dan bumbu masak membutuhkan jahe sebagai bahan pencampur.

Untuk pasar dalam negeri, permintaan akan jahe gajah banyak berasal dari perusahaan jamu dan farmasi, sebutlah Sidomuncul, Air Mancur, Nyonya Meneer, Jamu Jenggot, dan Indo Farma.

Sutomo, Managing Director PT Semesta Alam Petro, salah satu produsen jahe gajah, mengakui hampir semua industri obat tradisional di Indonesia membutuhkan jahe gajah sebagai bahan baku produksi. Tak hanya perusahaan besar, permintaan juga datang dari usaha kecil menengah (UKM). Industri jenis ini umumnya memproduksi permen jahe sampai minuman bandrek kemasan.

Pasar dalam negeri, umumnya menyerap jahe gajah dalam bentuk irisan jahe kering. Adapun pasar ekspor umumnya menyerap jahe dalam bentuk jahe segar yang sudah dibersihkan. Selain dalam bentuk jahe utuh, baik kering maupun basah, para produsen ini juga menjual jahe dalam bentuk minyak dan bubuk.

Sebagai salah satu pemain besar bisnis jahe gajah, Semesta Alam Petro mengekspor produk ke Bangladesh, Turki, dan Eropa. Permintaan untuk pasar ekspor bisa mencapai satu ton per hari. €Berapa saja yang kami sediakan, semua diserap habis oleh pasar,รข€ tandas Sutomo.

Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja, Semesta Alam Petro harus menyediakan hingga 150 ton sehari. €œKami sampai menolak permintaan,€ kata Sutomo.

Muntoha, pemilik CV Jahe Merah di Jakarta, merupakan pemasok jahe gajah untuk aneka industri. Dalam sebulan, Muntoha hanya sanggup memasok kebutuhan hingga 120 ton. Sebab, belakangan ini, pasokan dari petani dalam negeri terus menurun. Padahal, tren permintaan terus naik dari tahun ke tahun.

Ironisnya, lantaran pasokan dari petani cenderung turun, beberapa pemasok besar terpaksa cari cara instan agar tetap bisa memenuhi permintaan industri makanan minuman, jamu, dan kosmetik. €œKami terpaksa impor jahe dari India dan Vietnam, kata Sutomo.

Program Jammas (Jahe Membangun Masjid)

Melihat peluang pada Jahe Gajah, Mahad Azzaytun sebagai instansi pendidikan yang juga peduli akan pertanian dalam negri membentuk tim riset Jahe Gajah. Hasilnya adalah bahwa 1 rias jahe gajeh yang ditanam dengan media Karung mampu menghasilkan Jahe seberat 20 KG yang siap dipanen dalam jangka waktu 10 bulan.

Melihat fakta itu Syaikh Azzaytun mencanangkan Program JAMMAS (Jahe Membangun Masjid) yang dicanangkan pada saat melepas para santri Ma'had Azzaytun untuk belajar di masyarakat pada tanggal 7 Desember 2014.

Program tersebut mengajak masyarakat luas khususnya wali santri untuk menjadi donatur dalam rangka penyelesaian pembangunan Masjid Rahmatan Lil A'lamiin  Program tersebut disambut gembira oleh para wali santri yang memang ingin masjid dengan daya tampung mencapai 100 ribu jamaah cepat selesai.

Tahapan program JAMMAS 

Pengumpulan dana dari para donatur dalam bentuk nilai tunai penanaman jahe gajah dalam karung sampai masa panen senilai Rp. 20.000/karung. Dana tersebut akan diinvestasikan untuk penanaman jahe gajah oleh tim pertanian Ma'had Azzaytun.

Setelah ditanam maka akan masuk pada masa perawatan tanaman hingga siap dipanen dengan jangka waktu 10 bulan. Setelah dipanen maka akan di jual.


Dana hasil penjualannya siap dibelanjakan untuk kebutuhan penyelesaian pembangunan Masjid Rahmatan Lil A'lamiin. Penanaman dan penyelesaian pembangunan masjid ini di rencanakan akan selesai dalam 3 tahun.

Perhitungan Matematis Program Jammas

Dengan modal awal Rp. 20.000/ karung mampu menghasilkan Jahe seberat 20 kg/karung.
Saat ini (12 jan 2015) harga Jahe Gajah tertinggi Rp. 24.000/kg, terendah Rp. 15.000/kg
jika diambil rata2 maka harga Jahe Gajah senilai: 
Rp. 20.000/kg x 20kg (hasil panen) = Rp. 400.000/karung

Untuk 1 meter persegi mampu menampung 4 karung tanaman Jahe Gajah.
maka hasil untuk 1 meter persegi, 4 karung x Rp. 400.000/karung = Rp. 1.600.000/M2.
Jika kebutuhan dana untuk penyelesaian pembangunan Masjid kurang lebih Rp. 700.000.000.000

kebutuhan jahe yang harus ditanam untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu:
Rp. 700.000.000.000/ Rp. 400.000 = 1.750.000 karung.
Kebutuhan Lahan (dalam M2): 1.750.000 / 4 = 437.500m2 atau 43,75 Ha
Kebutuhan Modal Awal: 1.750.000 x Rp. 20.000 = 35.000.000.000 atau 35M.

Dengan masa perencanaan selama 3 tahun, maka 35M / 3 = 11,67M per tahun

Melihat angka diatas mungkin terlihat besar bahkan mungkin terdengar mustahil. Namun tidak ada yang tidak mungkin selama kita punya keinginan. Program ini akan menjadi percontohan dalam pembangunan Masjid-masjid di Indonesia. Dengan program penanaman jahe dalam karung maka konsep ini dapat dijalankan dimanapun bahkan di tempat yang kering sekalipun.

Ma'had Azzaytun akan menjadi pertama yang memadu padankan pembangunan masjid dan pertanian dengan teknologi moderen. Sekaligus memberikan harapan dan impian bagi generasi mendatang untuk mau bermimpi menjadi petani moderen.

Sekecil apapun sejarah yang kita ukir akan tercatat dan dikenang....
Petani Kuat Bangsa Sejahtera
    

Rabu, 11 Desember 2013

Sebuah senyuman mampu mengurangi sampah setiap orang.


sumber gambar: srgreen.wordpress.com

sumber gambar: dandysmainfile.blogspot.com

sumber gambar: my.opera.com

Sampah yang selama ini hanya menjadi SAMPAH (sesuatu yang di buang), bila ditangani dengan manajemen yang handal dan terpadu justru dapat mendatangkan berkah dan kesejahteraan bagi pengelolanya. Sampah yang berbau busuk dan kotor adalah hasil dari sebuah budaya instan yang ditambah budaya acuh atau ketidak pedulian yang parah.
Budaya hanya bisa dilawan oleh budaya. budaya yang buruk dan menghancurkan diatas harus dilawan dengan budaya senyum. Loh koq bisa kesana arahnya.
Senyum adalah langkah awal dari rasa optimis dan berani. Sampah adalah pruduk dari jaman instan yang membentuk manusia moderen di jamannya tidak mempedulikan proses. Semua berorientasi pada hasil, hasil dan hasil. Dan ini seperti angin yangtidak dapat dilihat namun dapat dirasakan kehadirannya. Sebagai contoh dari budaya manusia moderen yang merusak dan membentuk karakter dirinya adalah membuang sampah sembarangan.
Membuang sampah sembarangan bukan hanya salah dari si pembuangnya. Jika kita perhatikan kondisi Kota moderen seperti Jakarta yang sangat padat. Semua ingin hasil yang instan. Saat semua produk makanan ringan dengan mudah didapatkan, hal ini tidak serta merta dengan kehadiran tempat sampah di jalan. Sehingga mendorong seseorang yang telah menghabiskan jajanannya atau makanan ringannya untuk membuang sampah sembarangan. Karena tentu saja dia tidak ingin bersahabat dengan sampah makanan ringannya lebih lama.
Tentu saja pendapat di atas didasari dari sudut pandang si pelaku. Yaitu pelaku merasa kondisi lingkungan yang mendorongnya untuk berbuat hal yang mungkin saja menurutnya adalah sebuah kesalahan. Namun hal itu tidak bisa dihindari karena dorongan dari kondisi lingkungan yang buruk. Di samping si pelaku memang hanya ingin cara instan untuk bersih diri.
Kenapa harus senyum. Senyum membuat seseorangselalu ingin bersahabat dan disahabati. Jika melihat dari contoh di atas. Kesalahan terjadi karena salah satu penyebabnya tidak maunya bersahabat dengan sampah sisa makanan lebih lama. Jika saja si pelaku ingin bersahabat lebih lama dengan sampah sisa makanan ringannya. Paling tidak sampai ia menemui tempat sampah untuk menyimpan sampah sisa makanannya di
sana.
Atau jika ia ingin lebih lama lagi bersahabat dengan sampah sisa makanannya itu akan membuat sipelaku memeras daya kreatifitasnya untuk memikirkan cara berlama-lama dengan sampah sisa makanannya. salah satunya di buat barang yang dapat digunakan sehari-hari.
Dan hal itu hanya bisa dilakukan jika kita memilika jiwa tersenyum. Karena jiwa yang tersenyum akan membuat seseorang mau bersahabat dan siap di sahabati oleh apapun dan siapapun. sampah sisa makanan salah satunya. Senyuman juga mampu merangsang otak untuk lebih kreatif lagi.
AWALILAH HARIMU DENGAN SEBUAH SENYUMAN.......

Kamis, 28 November 2013

Lebak dan Pandeglang pasti mendukung dan berpartisipasi dalam Pemilu Nasional



sumber gambar: sigmanews.us 
9 April 2014 adalah pesta rakyat Indonesia. Saat itu setiap rakyat akan menitipkan suaranya pada para wakilnya yang akan mereka kenal atau dikenalkan kepada mereka melalui media Kampanye serentak secara nasional. 
Dalam masa kampanye para calon wakil rakyat baik pusat maupun daerah memaparkan programnya bagi kemajuan daerah setempat atau negara secara lebih luas.
Seakan seorang Satrio Piningit. Para wakil rakyat adalah seorang yang diharapkan mampu membawa perdamaian dan kesejahteraan bagi Indonesia secara umum dan daerah secara luas.
Setiap suara yang diberikan akan membuat para wakilnya terpilih mewakili mereka untuk membuat regulasi atau aturan yang membawa kepada kesejahteraan dan kemakmuran. Maka sudah selayaknya setiap rakyat benar-benar mempersiapkan diri akan pilihannya dalam berpartisipasi pada pesta rakyat ini.
Jika dalam agama ada sebuah ajakan yang berbunyi "membela negara adalah sebagian dari keimanan". Maka belum sempurna keimanan seseorang bila iya belum membela negaranya. Jika dulu membela negara melalui berperang melawan musuh negara. Kini membela negara juga dapat melalui memberikan suaranya dalam Pemilu Nasional. Maka dapat dikatakan berpartisipasi dalam Pemilu adalah sebuah kewajiban bagi seluruh warga negara.
Pastikan pilihan suara kita adalah seseorang yang mempunyai visi dan misi yang jelas, serta rekam jejaknya bisa di pertanggung jawabkan.


Kebersamaan kita adalah kekuatan yang maha dahsyat bagi Kemajuan Banten


sumber gambar: csluvender.blogspot.com
Lebak dan Pandeglang adalah bagian kecil dari sebuah lukisan besar Indonesia. Namun Lebak dan Pandeglang bisa menjadi titik awal menuju Banten yang bermartabat dan secara lebih luasnya menjadi awal dari Indonesia yang bermartabat, Mandiri dan Unggul.
Dengan segala potensi yang terdapat di dalamnya Lebak dan Pandeglang mampu menjadi motor pergerakan ekonomi bagi perekonomian nasional.
Kebersamaan adalah seluruh masyarakat banten akan menjadi kekuatan maha dahsyat yang bisa membuat apapun baik dan buruk. Jika selama ini banyak kebersamaan digunakan untuk tujuan yang kurang baik. Kini saatnya kebersamaan digunakan untuk tujuan yang lebih baik. Terutama untuk kemajuan bagi Propinsi Banten. Seluruh lapisan masyarakat harus bersatu.
Jika dalam sholat shaff harus terisi penuh tanpa jeda. Maka barisan masyarakat Banten harus terisi penuh tanpa jeda. Jangan biarkan kebersamaan ini dirusak oleh sebuah kepentingan beberapa kelompok. Tanpa persatuan atau kebersamaan sangat mudah sebuah daerah atau bahkan negara dihancurkan dengan provokasi.
Kebenaran tanpa persatuan akan dihancurkan oleh kesalahan yang penuh persatuan  

Rabu, 27 November 2013

Profil Kabupaten Pandeglang

  sumber artikel dan gambar: pandeglangkab.go.id

 A. LETAK GEOGRAFIS DAN KONDISI FISIK WILAYAHWilayah Kabupaten Pandeglang berada pada bagian Barat Daya Propinsi  Banten dan secara Geografis terletak antara 6o21’  –  7o10’ Lintang Selatan (LS) dan 104o8’ – 106o11’ Bujur Timur ( BT ), dengan batas administrasinya adalah :
-          Sebelah Utara                   :  Kabupaten Serang
-          Sebelah Timur                   :  Kabupaten Lebak
-          Sebelah Selatan                 :  Samudera Indonesia
-          Sebelah Barat                    :  Selat Sunda
Luas wilayah Kabupaten Pandeglang adalah 274.689,91 Ha atau 2.747 Km2 dan secara wilayah kerja administrasi terbagi atas  35  kecamatan, 322  desa dan  13 kelurahan.
Dataran di Kabupaten Pandeglang sebagian besar merupakan dataran rendah yakni di daerah bagian tengah dan  selatan, dengan variasi ketinggian antara 0 – 1.778 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan luas sekitar 85,07% dari luas wilayah Kabupaten. Secara umum perbedaan ketinggian di Kabupaten Pandeglang cukup tajam, dengan titik tertinggi 1.778 m diatas permukaan laut (dpl) yang terdapat di Puncak Gunung Karang pada daerah bagian utara dan titik terendah terletak didaerah pantai dengan ketinggian 0 m dpl.
Daerah pegunungan pada umumnya mempunyai ketinggian ± 400 m dpl, dataran rendah  bukan pantai pada umumnya memiliki ketinggian rata-rata 30 m dpl dan daerah dataran rendah pantai pada umumnya mempunyai ketinggian rata-rata 3 m dpl. Kemiringan tanah di Kabupaten Pandeglang bervariasi antara 0  –  45 %; dengan alokasi 0-  15 % areal pedataran sekitar Pantai Selatan dan pantai Selat Sunda; alokasi 15  –  25 % areal berbukit lokasi tersebar; dan alokasi 25  –  45 % areal bergunung pada bagian Tengah dan Utara.
Di Pandeglang terdapat 6 gunung yaitu : Gunung Karang (1.778 mdpl), Gunung Pulosari (1.346 mdpl), Gunug  Aseupan  (1.174 mdpl), Gunug Payung (480 mdpl), Gunung Honje (620 mdpl) dan Gunung Tilu (562 mdpl).
Curah hujan di atas 3.000 mm/tahun terjadi di sekitar Stasion Penakar Hujan yang berada di  sekitar Kecamatan Menes, Labuan, Cibaliung, Mandalawangi dan Kecamatan Jiput.  Puncak hari hujan berada pada bulan November-Pebruari. Sedangkan bulan kering berada pada bulan Mei-September. Berdasarkan rata-rata curah hujan per  tahun,  -menurut  klasifikasi Koppen-Kabupaten Pandeglang termasuk kedalam iklim Af (Iklim Hujan Tropis) sedangkan apabila dilihat berdasarkan Zone Agroklimat Oldeman termasuk dalam Zone A1.
Kabupaten  Pandeglang ditinjau dari segi geologi memiliki beberapa jenis batuan yang meliputi Alluvium, Undieferentiated (bahan erupsi gunung berapi), Diocena, Piocena Sedimen, Miocena Lemistone dan Mineral Deposit. Sedangkan beberapa jenis tanah yang ada di Kabupaten Pandeglang yaitu Aluvial, Grumosol, Mediteran, dan Latosol.
Keadaan geomorfologi, topografi dan bentuk wilayah secara bersama-sama akan membentuk pola-pola aliran sungi yang ada. Pola aliran sungai di Wilayah Kabupaten Pandeglang pada umumnya berbentuk
dendritik.  Arah aliran sungai-sungai di Wilayah ini dibedakan menjadi dua, sehingga membentuk dua daerah aliran sungai yaitu daerah aliran dari arah Timur yang bermuara di Selat Sunda dan daerah aliran dari arah Utara yang bermuara di Samudera Indonesia.
Wilayah Kabupaten Pandeglang mengalir 14 sungai yang berukuran sedang sampai besar.  Sungai  –  sungai tersebut adalah Sungai Cidano, Sungai Cibungur, Sungai Cisanggona, Sungai Ciliman, Sungai Cihonje, Sungai Cipunagara, Sungi Cisumur, Sungai Ciseureuhan, Sungai Cijaralang, Sungai Cikadongdong, Sungai Ciseukeut, Sungai Cimara, Sungai Cibaliung, dan Sungai Cicanta. Dari ke-14 sungai tersebut terbagi dalam 6 (enam) Daerah Aliran Sungai (DAS) antara lain :
1.       Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung
2.       Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidano
3.       Daerah Aliran Sungai (DAS) Cibungur
4.       Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliman
5.       Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimandiri
6.       Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh

B.      KEPENDUDUKAN
Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang berdasarkan Sensus Penduduk pada bulan Mei 2010 adalah 1.149.610 orang dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 589.056 orang dan perempuan sebanyak 560.554 orang. Berdasarkan data di atas, rasio jenis kelamin pada tahun 2010 sebesar 105,08.
Sebaran penduduk per kecamatan relatif tidak merata. Kecamatan dengan penduduk terjarang yaitu Kecamatan Sumur dengan rata-rata sebanyak 88 jiwa/Km2, sementara wilayah yang terpadat adalah
Kecamatan Labuan, yaitu sebanyak 3.439 jiwa/Km2. Sedangkan rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Pandeglang adalah 419 jiwa/Km2.
Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kabupaten Pandeglang berdasarkan data hasil Sensus Penduduk periode 1961 – 1971 sebesar 2,71 persen, periode 1971 – 1980 sebesar 2,15 persen, periode 1980 – 1990 sebesar 2,14 persen, periode 1990 – 2000 sebesar 1,64 persen dan 2000 – 2010 sebesar
1,30 persen. Menurunnya angka laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu wujud keberhasilan pembangunan bidang kependudukan yang salah satunya antara lain adalah program Keluarga Berencana (KB).
Berdasarkan data BPS Kabupaten Pandeglang, jumlah penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja berjumlah 384.657 jiwa. Lapangan pekerjaan utama penduduk berupa pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan; industri; perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi; dan jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan.
Secara umum, pekerja di Kabupaten Pandeglang bekerja di sektor informal (83,67%) dan sisanya bekerja di bidang formal (16,33%) dari jumlah pekerja di atas 15 tahun berjumlah 434.746 jiwa(Indikator Kesejahteraan Rakyat, 2009).  Dari jumlah pekerja 434.746 jiwa, pekerja dengan status pekerjaan berusaha sendiri memiliki proporsi yang terbesar yaitu 23,67%, sedangkan pekerja dengan status pekerjaan berusaha dibantu buruh  tidak tetap/ tidak dibayar memiliki proporsi terkecil (2,32%).

(Sumber Pandeglang Dalam Angka Tahun 2011 – Bappeda Kabupaten Pandeglang)

Profil Kabupaten Pandeglang

sumber gambar: kenalpandeglang.blogspot.com

sumber artikel: wikipedia.com

A. Sekilas Sejarah Pandeglang

Menurut Staatsblad Nederlands Indie No. 81 tahun 1828, Keresidenan Banten dibagi tiga kabupaten: Kabupaten Utara yaitu Serang, Kabupaten Selatan yaitu Lebak dan Kabupaten Barat yaitu Caringin.
Kabupaten Serang dibagi lagi menjadi 11 (sebelas) kewedanaan. Kesebelas kewedanaan tersebut yaitu: Kewedanaan Serang (Kecamatan Kalodian dan Cibening), Kewedanaan Banten (Kecamatan Banten, Serang dan Nejawang), Kewedanaan Ciruas (Kecamatan Cilegon dan Bojonegara), Kewedanaan Cilegon (Kecamatan Terate, Cilegon dan Bojonegara), Kewedanaan Tanara (Kecamatan Tanara dan Pontang), Kewedanaan Baros (Kecamatan Regas, Ander dan Cicandi), Kewedanaan Kolelet (Kecamatan Pandeglang dan Cadasari) Kewedanaan Ciomas (Kecamatan Ciomas Barat an Ciomas Utara) dan Kewedanaan Anyer (tidak dibagi kecamatan).
Menurut sejarah, pada tahun 1089 Banten terpaksa harus menyerahkan wilayahnya yaitu Lampung kepada VOC (Batavia). Saat itu Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad menyusun strategi untuk melawan kekuasaan VOC. Sultan Muhamad menjadikan Pandeglang sebagai wilayah untuk menyusun kekuatan. Kekuatan kesultanan dipencar kepelosok Pandeglang seperti di kaki gunung Karang dan di pantai.
Pandeglang dalam percaturan sejarah kesultanan Banten telah terbukti merupakan daerah yang strategis. Hal ini bisa terlihat dari berbagai peninggalan sejarah yang terdapat di wilayah Pandeglang. Semua itu bukan hanya membekas pada benda yang berwujud, tapi juga membekas pada kultur kehidupan masyarakat Pandeglang.
Peninggalan sejarah kesultanan Banten masih nampak terlihat dari seni budaya yang ada di Pandeglang. Misalnya saja, Pandeglang merupakan Kota Santri dan Pandeglang terkenal dengan daerah yang historis, patriotis dan agamis. Julukan ini tidak serta merta timbul dengan sendirinya, akan tetapi merupakan bentangan sejarah telah mencatatnya.
Saat ini Pandeglang tetap merupakan wilayah yang strategis di wilayah Provinsi Banten. Sejarah kembali mencatat, Pandeglang dengan tokoh-tokoh masyarakatnya memberi andil besar dalam pembentukan Provinsi Banten. Sejarah Pandeglang mencatat juga, bahwa saat dipimpin oleh Bupati H. A. Dimyati Natakkusumah, Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri dan Swasta di Kabupaten Pandeglang Bebas Biaya Sekolah dan pada tahun 2007 pembangunan sarana pendidikan dibangun dengan menggunakan rangka baja. Kembali kepada sejarah terbentuknya Kabupaten Pandeglang sejak tanggal 1 April 1874, tanah-tanah gubernur kecuali Bativia dan Keresidenan Priangan telah Banten telah ditentukan, bahwa:
a. Jabatan Kliwon pada Bupati dan Patih dari Afdeling Anyer, Serang dan Keresidenan Banten dihapuskan.
b. Bupati mempunyai pembantu, yaitu mantri Kabupaten dengan gaji 50 gulden.
c. Kepala Distrik mempunyai gelar jabatan wedana dan Onder Distrik mempunyai jabatan Asisten Wedana.
Berdasarkan Staatsblad 1874 NO. 73 Ordonansi tanggal 1 Maret 1874 mulai berlaku 1 April 1874 menyebutkan pembagian daerah, diantaranya Kabupaten Pandeglang dibagi 9 distrik atau kewedanaan. Pembagian ini menjadi Kewedanaan Pandeglang, Baros, Ciomas, Kolelet, Cimanuk, Caringin, Panimbang, Menes dan Cibaliung.
Menurut data tersebut di atas, Pandeglang sejak tanggal 1 April 1874 telah ada pemerintahan. Lebih jelas lagi dalam ordonansi 1877 Nomor 224 tentang batas-batas keresidenan Banten, termasuk batas-batas Kabupten Pandeglang dalam tahun 1925 dengan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 14 Agustus 1925 nomor XI. Maka jelas Kabupaten Pandeglang telah berdiri sendiri tidak di bawah penguaasaan Keresidenan Banten.
Dari fakta-fakta tersebut di atas dapat diambil beberapa alternatif, yaitu pada tahun 1828 Pandeglang sudah merupakan pusat pemerintahan distrik. Pada tahun 1874 Pandeglang merupakan kabupaten. Pada tahun 1882 Pandeglang merupakan kabupaten dan distrik kewedanaan. Dan pada tahun 1925 kabupaten Pandeglang telah berdiri sendiri. Atas dasar kesimpulan-kesimpulan tersebut di atas, maka disepakati bersama bahwa tanggal 1 April 1874 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Pandeglang.

B. Kepemimpinan di Pandeglang

Nama-nama Bupati Caringin/Menes masa jabatan 1827-2907, yaitu R.T. Mandoera Radja Djajanegara (1827-1840), R.T. Wiradidjaja (1840-1849), R.T.Koesoemanegara (1849-1849), R.T.Aria Adipati Soerjanegara (1849-1872), R.T. Dajanegara (1872-1883), R.T. Adipati Koesoemadiningrat (1883-1896), R.T. Soera Adiningrat (1896-1898) dan R. Soeria (1898-1908).
Sedangkan nama-nama Bupati Pandeglang masa jabatan dari tahun 1848 yaitu R.T. Aria Tjoncronegoro (1848-1849), R.T.Aria Natadiningrat (1849-1870), R.T. Pandji Gondokoesoemo I (1870-1870), R.T.Soetadindingrat (1870-1888), R.T.Abdul Gafoer Soerawinangoen (1888-1898), R.T.Soera Adiningrat (1898-1910), R.T. Mas Kanta Astrawijaya (1910-1914), R.T. Adipati Hasan Kartadiningrat (1914-1927), Rd. Aria Adipati Wiriaatmadja (1927-1927), Rd. Aria Adipati Soerja Djajanegara (1927-1941).
Selanjutnya, nama-nama Bupati Pandeglang pada era kemerdekaan, yaitu R.T. Mr. Djoemhana Wiraatmadja (1941-1945), K.H. Tb. Abdoelhalim (1945-1947), Mas Soedibjadjaja (1947-1948), Mas Djaja Rukmantara (1948-1949), Rd. Hola Sukmadiningrat (1949-1956) Rd. Moch. Noch Kartanegara (1956-1957), Rd. Lamri Suriaatmadja (1957-1957), Rd. Muhdas Suria Haminata (1957-1958), Rd. Harun (1958-1959), M. Ebby (1959-1961), Rd. Moch. Sjahra Sastrakusuma (1961-1964), Rd. Akil Achjar Mansjur (1964-1964), Rd. Syamsudin Natadisastra (1964-1968), Drs. Rd. Machfud (1968-1968), Drs. Karna Suwanda (1968-1973), Drs. H. Karna Suwanda (1973-1975), Drs. H. Karna Suwanda (1975-1980), Drs. Suyaman (1980-1985), Drs. H. Suyaman (1985-1990), H.M Zein, BA (1990-1995) Drs. H. Yitno (1995-2000), H.A. Dimyati Natakusumah, SH, MH (2000-2009), Drs. H. Erwan Kurtubi, MM (28 Oktober 2009 s/d November 2010), Asmudji HW memangku jabatan sebagai Penjabat Bupati (November 2010 s/d Maret 2011), dan Drs. H. Erwan Kurtubi, MM (Maret 2011 s/d Sekarang)
Sedangkan Drs. H. Erwan Kurtubi, MM memangku jabatan Bupati Pandeglang dimulai pada Maret 2011 s/d saat ini yang sebelumnya mendapat kepercayaan dari masyarakat melalui pemilihan langsung pertama kali dalam sejarah perpolitikan di Pandeglang sebagai wakil bupati pandeglang pada periode 2005-2009. Beliau merupakan Bupati yang ke 34 secara urutan periode, sedangkan secara berurutan nama merupakan Bupati Pandeglang yang ke 30. Hal ini disebabkan ada beberapa orang bupati yang menjabat lebih dari satu periode kepemimpinan.

Profil Kabupaten Pandeglang

sumber artikel dan gambar: id.wikipedia.org

SEMBOYAN DAN LAMBANG

Lambang daerah berbentuk perisai segi lima dengan pinggiran berwarna emas yang dilengkapi dengan :
BINTANG : Bintang bersudut lima berwarna kuning emas terletak di atas warna putih melambangkan keagungan Tuhan Yang Maha Esa, yang memancarkan warna kuning emas membentuk persegi lain.
PERISAI : Perisai segi lima dimaksudkan sebagai lambang ketahanan Masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang sepanjang masa dalam Negara Pancasila.
KERUCUT : Tiga buah kerucut yang tidak sama besar dan tingginya menggambarkan tiga buah gunung dan melambangkan bahwa daerah Pandeglang itu bergunung-gunung.
BADAK : Badak bercula satu menghadap ke kiri adalah salah satu binatang peninggalan jaman purba yang masih hidup hingga sekarang, terdapat hanya di Daerah Kabupaten Pandeglang (Ujung Kulon) dengan sifat Tahan Uji, Waspada dan Tabah, serta Menjadi Kebanggaan Masyarakat.
PADI : Setangkai padi dengan tiga puluh tujuh butirnya melambangkan sejumlah desa-desa di Daerah Kabupaten Pandeglang sebanyak seratus tiga puluh tujuh desa.
KAPAS : Setangkai kapas dengan enam kuntum bunganya yang mekar melambangkan sejumlah Kecamatan-kecamatan yang ada di Daerah Kabupaten Pandeglang sebanyak enam belas kecamatan.
MELATI : Sekuntum bunga Melati berdaun bunga empat helai berwarna putih, melambangkan jumlah Kewedanaan di Daerah Kabupaten Pandeglang sebanyak empat Kewedanaan.
GARIS BEROMBAK : Dua garis berombak yang tidak sama panjangnya, masing-masing melambangkan Laut yang mengelilingi sebagian besar Daerah Kabupaten Pandeglang dan sungai-sungai yang terdapat di dalamnya.

ARTI WARNA LAMBANG
a. KUNING EMAS melambangkan KEAGUNGAN DAN KEWIBAWAAN
b. PUTIH melambangkan KESUCIAN
c. BIRU MUDA melambangkan KESETIAAN
d. HIJAU TUA melambangkan KESUBURAN
e. ABU-ABU KEHITAM-HITAMAN melambangkan KETABAHAN