Senin, 12 Januari 2015

JAMMAS (Jahe Membangun Masjid)

Dari berbagai sumber
Jahe gajah termasuk jenis jahe yang paling banyak diminati kalangan industri. Tak hanya pasar dalam negeri, permintaan pasar ekspor juga tinggi. Bahkan, akibat cuaca tak menentu, para produsen harus impor lantaran pasokan jahe menurun.

Sejak dulu, jahe (Zingiber officinale) termasuk produk rempah yang paling banyak dicari untuk aneka kebutuhan. Tak hanya untuk industri makanan dan minuman, jahe juga banyak dicari untuk industri pengolahan obat. Karena memang dibutuhkan banyak industri, budidaya tanaman ini selalu menjanjikan.

Di Indonesia, keluarga jahe dibagi dalam tiga kelompok besar: jahe merah, jahe gajah, dan jahe emprit atau jahe kuning dengan ukuran kecil. Dari ketiganya, jahe gajah merupakan jenis yang paling banyak dicari. Seperti namanya, jahe ini memiliki ukuran lebih besar ketimbang jahe lain. Jika ruas jahe biasanya hanya berberat maksimum 200 gram, berat ruas jahe gajah bisa mencapai 500 gram.

Permintaan jahe gajah tak cuma untuk kebutuhan industri dalam negeri. Jahe gajah juga banyak diekspor ke negara lain. Misalnya, India, Singapura, Jepang, Hongkong, Amerika Serikat, Jerman, Prancis, dan Belanda. Di sejumlah negara Eropa, industri minuman seperti bir, produsen kue, dan bumbu masak membutuhkan jahe sebagai bahan pencampur.

Untuk pasar dalam negeri, permintaan akan jahe gajah banyak berasal dari perusahaan jamu dan farmasi, sebutlah Sidomuncul, Air Mancur, Nyonya Meneer, Jamu Jenggot, dan Indo Farma.

Sutomo, Managing Director PT Semesta Alam Petro, salah satu produsen jahe gajah, mengakui hampir semua industri obat tradisional di Indonesia membutuhkan jahe gajah sebagai bahan baku produksi. Tak hanya perusahaan besar, permintaan juga datang dari usaha kecil menengah (UKM). Industri jenis ini umumnya memproduksi permen jahe sampai minuman bandrek kemasan.

Pasar dalam negeri, umumnya menyerap jahe gajah dalam bentuk irisan jahe kering. Adapun pasar ekspor umumnya menyerap jahe dalam bentuk jahe segar yang sudah dibersihkan. Selain dalam bentuk jahe utuh, baik kering maupun basah, para produsen ini juga menjual jahe dalam bentuk minyak dan bubuk.

Sebagai salah satu pemain besar bisnis jahe gajah, Semesta Alam Petro mengekspor produk ke Bangladesh, Turki, dan Eropa. Permintaan untuk pasar ekspor bisa mencapai satu ton per hari. €Berapa saja yang kami sediakan, semua diserap habis oleh pasar,รข€ tandas Sutomo.

Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja, Semesta Alam Petro harus menyediakan hingga 150 ton sehari. €œKami sampai menolak permintaan,€ kata Sutomo.

Muntoha, pemilik CV Jahe Merah di Jakarta, merupakan pemasok jahe gajah untuk aneka industri. Dalam sebulan, Muntoha hanya sanggup memasok kebutuhan hingga 120 ton. Sebab, belakangan ini, pasokan dari petani dalam negeri terus menurun. Padahal, tren permintaan terus naik dari tahun ke tahun.

Ironisnya, lantaran pasokan dari petani cenderung turun, beberapa pemasok besar terpaksa cari cara instan agar tetap bisa memenuhi permintaan industri makanan minuman, jamu, dan kosmetik. €œKami terpaksa impor jahe dari India dan Vietnam, kata Sutomo.

Program Jammas (Jahe Membangun Masjid)

Melihat peluang pada Jahe Gajah, Mahad Azzaytun sebagai instansi pendidikan yang juga peduli akan pertanian dalam negri membentuk tim riset Jahe Gajah. Hasilnya adalah bahwa 1 rias jahe gajeh yang ditanam dengan media Karung mampu menghasilkan Jahe seberat 20 KG yang siap dipanen dalam jangka waktu 10 bulan.

Melihat fakta itu Syaikh Azzaytun mencanangkan Program JAMMAS (Jahe Membangun Masjid) yang dicanangkan pada saat melepas para santri Ma'had Azzaytun untuk belajar di masyarakat pada tanggal 7 Desember 2014.

Program tersebut mengajak masyarakat luas khususnya wali santri untuk menjadi donatur dalam rangka penyelesaian pembangunan Masjid Rahmatan Lil A'lamiin  Program tersebut disambut gembira oleh para wali santri yang memang ingin masjid dengan daya tampung mencapai 100 ribu jamaah cepat selesai.

Tahapan program JAMMAS 

Pengumpulan dana dari para donatur dalam bentuk nilai tunai penanaman jahe gajah dalam karung sampai masa panen senilai Rp. 20.000/karung. Dana tersebut akan diinvestasikan untuk penanaman jahe gajah oleh tim pertanian Ma'had Azzaytun.

Setelah ditanam maka akan masuk pada masa perawatan tanaman hingga siap dipanen dengan jangka waktu 10 bulan. Setelah dipanen maka akan di jual.


Dana hasil penjualannya siap dibelanjakan untuk kebutuhan penyelesaian pembangunan Masjid Rahmatan Lil A'lamiin. Penanaman dan penyelesaian pembangunan masjid ini di rencanakan akan selesai dalam 3 tahun.

Perhitungan Matematis Program Jammas

Dengan modal awal Rp. 20.000/ karung mampu menghasilkan Jahe seberat 20 kg/karung.
Saat ini (12 jan 2015) harga Jahe Gajah tertinggi Rp. 24.000/kg, terendah Rp. 15.000/kg
jika diambil rata2 maka harga Jahe Gajah senilai: 
Rp. 20.000/kg x 20kg (hasil panen) = Rp. 400.000/karung

Untuk 1 meter persegi mampu menampung 4 karung tanaman Jahe Gajah.
maka hasil untuk 1 meter persegi, 4 karung x Rp. 400.000/karung = Rp. 1.600.000/M2.
Jika kebutuhan dana untuk penyelesaian pembangunan Masjid kurang lebih Rp. 700.000.000.000

kebutuhan jahe yang harus ditanam untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu:
Rp. 700.000.000.000/ Rp. 400.000 = 1.750.000 karung.
Kebutuhan Lahan (dalam M2): 1.750.000 / 4 = 437.500m2 atau 43,75 Ha
Kebutuhan Modal Awal: 1.750.000 x Rp. 20.000 = 35.000.000.000 atau 35M.

Dengan masa perencanaan selama 3 tahun, maka 35M / 3 = 11,67M per tahun

Melihat angka diatas mungkin terlihat besar bahkan mungkin terdengar mustahil. Namun tidak ada yang tidak mungkin selama kita punya keinginan. Program ini akan menjadi percontohan dalam pembangunan Masjid-masjid di Indonesia. Dengan program penanaman jahe dalam karung maka konsep ini dapat dijalankan dimanapun bahkan di tempat yang kering sekalipun.

Ma'had Azzaytun akan menjadi pertama yang memadu padankan pembangunan masjid dan pertanian dengan teknologi moderen. Sekaligus memberikan harapan dan impian bagi generasi mendatang untuk mau bermimpi menjadi petani moderen.

Sekecil apapun sejarah yang kita ukir akan tercatat dan dikenang....
Petani Kuat Bangsa Sejahtera