Dari berbagai sumber
Jahe gajah termasuk jenis jahe yang paling banyak diminati
kalangan industri. Tak hanya pasar dalam negeri, permintaan pasar ekspor juga
tinggi. Bahkan, akibat cuaca tak menentu, para produsen harus impor lantaran
pasokan jahe menurun.
Sejak dulu, jahe (Zingiber officinale) termasuk produk
rempah yang paling banyak dicari untuk aneka kebutuhan. Tak hanya untuk
industri makanan dan minuman, jahe juga banyak dicari untuk industri pengolahan
obat. Karena memang dibutuhkan banyak industri, budidaya tanaman ini selalu
menjanjikan.
Di Indonesia, keluarga jahe dibagi dalam tiga kelompok
besar: jahe merah, jahe gajah, dan jahe emprit atau jahe kuning dengan ukuran
kecil. Dari ketiganya, jahe gajah merupakan jenis yang paling banyak dicari.
Seperti namanya, jahe ini memiliki ukuran lebih besar ketimbang jahe lain. Jika
ruas jahe biasanya hanya berberat maksimum 200 gram, berat ruas jahe gajah bisa
mencapai 500 gram.
Permintaan jahe gajah tak cuma untuk kebutuhan industri
dalam negeri. Jahe gajah juga banyak diekspor ke negara lain. Misalnya, India,
Singapura, Jepang, Hongkong, Amerika Serikat, Jerman, Prancis, dan Belanda. Di
sejumlah negara Eropa, industri minuman seperti bir, produsen kue, dan bumbu
masak membutuhkan jahe sebagai bahan pencampur.
Untuk pasar dalam negeri, permintaan akan jahe gajah banyak
berasal dari perusahaan jamu dan farmasi, sebutlah Sidomuncul, Air Mancur,
Nyonya Meneer, Jamu Jenggot, dan Indo Farma.
Sutomo, Managing Director PT Semesta Alam Petro, salah satu
produsen jahe gajah, mengakui hampir semua industri obat tradisional di
Indonesia membutuhkan jahe gajah sebagai bahan baku produksi. Tak hanya
perusahaan besar, permintaan juga datang dari usaha kecil menengah (UKM).
Industri jenis ini umumnya memproduksi permen jahe sampai minuman bandrek
kemasan.
Pasar dalam negeri, umumnya menyerap jahe gajah dalam bentuk
irisan jahe kering. Adapun pasar ekspor umumnya menyerap jahe dalam bentuk jahe
segar yang sudah dibersihkan. Selain dalam bentuk jahe utuh, baik kering maupun
basah, para produsen ini juga menjual jahe dalam bentuk minyak dan bubuk.
Sebagai salah satu pemain besar bisnis jahe gajah, Semesta
Alam Petro mengekspor produk ke Bangladesh, Turki, dan Eropa. Permintaan untuk
pasar ekspor bisa mencapai satu ton per hari. Berapa
saja yang kami sediakan, semua diserap habis oleh pasar,รข tandas Sutomo.
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja, Semesta Alam
Petro harus menyediakan hingga 150 ton sehari. Kami
sampai menolak permintaan, kata Sutomo.
Muntoha, pemilik CV Jahe Merah di Jakarta, merupakan pemasok
jahe gajah untuk aneka industri. Dalam sebulan, Muntoha hanya sanggup memasok
kebutuhan hingga 120 ton. Sebab, belakangan ini, pasokan dari petani dalam
negeri terus menurun. Padahal, tren permintaan terus naik dari tahun ke tahun.
Ironisnya, lantaran pasokan dari petani cenderung turun,
beberapa pemasok besar terpaksa cari cara instan agar tetap bisa memenuhi
permintaan industri makanan minuman, jamu, dan kosmetik. Kami terpaksa impor jahe dari India dan Vietnam, kata
Sutomo.
Program Jammas (Jahe Membangun Masjid)
Melihat peluang pada Jahe Gajah, Mahad Azzaytun sebagai
instansi pendidikan yang juga peduli akan pertanian dalam negri membentuk tim
riset Jahe Gajah. Hasilnya adalah bahwa 1 rias jahe gajeh yang ditanam dengan
media Karung mampu menghasilkan Jahe seberat 20 KG yang siap dipanen dalam
jangka waktu 10 bulan.
Melihat fakta itu Syaikh Azzaytun mencanangkan Program
JAMMAS (Jahe Membangun Masjid) yang dicanangkan pada saat melepas para santri
Ma'had Azzaytun untuk belajar di masyarakat pada tanggal 7 Desember 2014.
Program tersebut mengajak masyarakat luas khususnya wali
santri untuk menjadi donatur dalam rangka penyelesaian pembangunan Masjid
Rahmatan Lil A'lamiin Program tersebut
disambut gembira oleh para wali santri yang memang ingin masjid dengan daya
tampung mencapai 100 ribu jamaah cepat selesai.
Tahapan program JAMMAS
Pengumpulan dana dari para donatur dalam bentuk nilai tunai
penanaman jahe gajah dalam karung sampai masa panen senilai Rp. 20.000/karung.
Dana tersebut akan diinvestasikan untuk penanaman jahe gajah oleh tim pertanian
Ma'had Azzaytun.
Setelah ditanam maka akan masuk pada masa perawatan tanaman
hingga siap dipanen dengan jangka waktu 10 bulan. Setelah dipanen maka akan di
jual.
Dana hasil penjualannya siap dibelanjakan untuk kebutuhan
penyelesaian pembangunan Masjid Rahmatan Lil A'lamiin. Penanaman dan penyelesaian
pembangunan masjid ini di rencanakan akan selesai dalam 3 tahun.
Perhitungan Matematis Program Jammas
Dengan modal awal Rp. 20.000/ karung mampu menghasilkan Jahe
seberat 20 kg/karung.
Saat ini (12 jan 2015) harga Jahe Gajah tertinggi Rp. 24.000/kg,
terendah Rp. 15.000/kg
jika diambil rata2 maka harga Jahe Gajah senilai:
Rp. 20.000/kg x 20kg (hasil panen) = Rp. 400.000/karung
Rp. 20.000/kg x 20kg (hasil panen) = Rp. 400.000/karung
Untuk 1 meter persegi mampu menampung 4 karung tanaman Jahe
Gajah.
maka hasil untuk 1 meter persegi, 4 karung x Rp. 400.000/karung
= Rp. 1.600.000/M2.
Jika kebutuhan dana untuk penyelesaian pembangunan Masjid
kurang lebih Rp. 700.000.000.000
kebutuhan jahe yang harus ditanam untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu:
Rp. 700.000.000.000/ Rp. 400.000 = 1.750.000 karung.
Kebutuhan Lahan (dalam M2): 1.750.000 / 4 = 437.500m2 atau
43,75 Ha
Kebutuhan Modal Awal: 1.750.000 x Rp. 20.000 =
35.000.000.000 atau 35M.
Dengan masa perencanaan selama 3 tahun, maka 35M / 3 =
11,67M per tahun
Melihat angka diatas mungkin terlihat besar bahkan mungkin
terdengar mustahil. Namun tidak ada yang tidak mungkin selama kita punya
keinginan. Program ini akan menjadi percontohan dalam pembangunan Masjid-masjid
di Indonesia. Dengan program penanaman jahe dalam karung maka konsep ini dapat
dijalankan dimanapun bahkan di tempat yang kering sekalipun.
Ma'had Azzaytun akan menjadi pertama yang memadu padankan pembangunan masjid dan pertanian dengan teknologi moderen. Sekaligus memberikan harapan dan impian bagi generasi mendatang untuk mau bermimpi menjadi petani moderen.
Sekecil apapun sejarah yang kita ukir akan tercatat dan dikenang....
Petani Kuat Bangsa Sejahtera